Pembaca tentu pernah mendengar tentang Atlantis benua yang hilang bukan? Konon katanya itu adalah benua paling maju saat itu, oleh karena itu saya tergelitik untuk buat post ini dengan sumber berbagai media yang ada. Ada tokoh dunia yang mencantumkan nama Atlantis dalam tulisannya. dia adalah Plato,Plato adalah filosof dan ilmuwan
besar yang hidup pada masa masa 424 s/d 347 Sebelum Masehi. Dia adalah
murid Socrates yang tidak kalah hebatnya. Dua konsep Plato yang sampai sekarang
menjadi acuan dunia adalah konsep negara replubik (dari bukunya yang berjudul
“Republic”) dan konsep tentang empat unsur utama pembentuk alam, yaitu: Api,
Air, Tanah, dan Udara. Peninggalan Plato lain yang tidak kalah terkenalnya tapi
sangat kontroversial adalah tentang kisah Kerajaan Atlantis yang dituangkan
dalam Dialog Timaeus dan Critias. Untuk memahami Atlantis harus
mempelajari sumber aslinya langsung tidak hanya membaca pembahasan Atlantis di
berbagai buku, termasuk Karya Santos. Anda akan terkejut bahwa
hampir semua kontroversi itu jawabannya ada dalam dua Dialog Plato tersebut.
Dalam Dialog Plato dikatakan
bahwa Kisah Atlantis berdasarkan fakta bukan fiktif, dan sudah diakui
kebenarannya oleh Solon, seorang legislator Yunani yang sangat dihormati dan
paling bijak yang hidup 150 tahun lalu sebelum zaman Plato (A-1). Solon mendapatkan
naskah ini ketika berkunjung ke Kota Sais di Mesir dari para pendeta tinggi di
sana. Sumber asli-nya adalah prasasti dalam huruf sangat kuno (“hierroglyphs”?)
yang diterjemahkan ke dalam bahasa Mesir waktu itu oleh para pendeta
tersebut (A-2). Kemudian oleh Solon Naskah itu diterjemahkan lagi ke dalam
bahasa Yunani dan kemudian diberikan kepada sahabatnya Dropides, kakek buyut
Plato (A-2). Selanjutnya naskah asli terjemahan Solon itu jatuh ke
tangan Critias, kakek Plato, dan kemudian diserahkan ke Plato dan dipelajarinya
sejak kecil (A-2,3).
Ada sebagian orang yang
menyangka bahwa Atlantis hanya ada dalam imajinasi Plato belaka sebagai negeri
ideal yang diuraikan dalam buku Republiknya. Ini sangat gegabah dan tidak
berdasar. Sama saja mengatakan bahwa Plato bohong. Bagaimana
mungkin seorang Plato bisa berbohong tanpa alasan yang kuat ? Ini
tidak masuk akal. Negeri Atlantis yang sangat dikagumi Plato dalam
Timaeus dan Critias tidak mirip dengan negeri ‘Republik’nya Plato, bahkan
merupakan anti-thesisnya. Negeri Republik-idealnya Plato mungkin lebih
mengacu ke ‘Athena purba’ yang dalam Dialog Timaeus dikatakan mempunyai sistem
konstitusi yang luarbiasa (A-9). Sebaliknya Atlantis adalah negeri dengan
sistem kerajaan yang diperintah oleh kekuasaan absolut dari para rajanya
(A-37).
Timaeus dan Critias tidak
semata-mata berkisah tentang Atlantis, tapi mungkin pada awalnya malah
ditujukan untuk menceritakan kepahlawanan pasukan Athena kuno yang menang
perang melawan pasukan Atlantis di wilayah Mediteranian (A4,10,12).
Raja Atlantis dan pasukan tempur maritimnya datang menyebrangi Samudra
‘Atlantic’ untuk menaklukan seluruh wilayah Eropa dan Afrika (A10).
Banyak wilayah Eropa dan Afrika yang sudah ditaklukan tapi pasukan gabungan
negara-negara Yunani yang dipimpin Athena tetap berperang dengan gigih melawan
pasukan Atlantis (Timaeus). Pada akhirnya pasukan Athena menang (A.10),
sehingga wilayah yang tadinya sudah takluk terhadap Atlantis bebas, khususnya
Mesir (Timaeus). Para pendeta tertinggi Mesir memberikan naskah kuno
tersebut kepada Solon sebagai penghargaan terhadap jasa para pahlawan Athena
yang dulu pernah membebaskan Mesir dari kekuasaan Atlantis (A1).
Jadi Dialog Plato tidak melulu bercerita tentang Atlantis tapi juga tentang
kebesaran Athena purba (A.9). Perlu digaris-bawahi bahwa yang dimaksud
dengan Athena (oleh Plato) bukan Athena yang dikenal masyarakat pada waktu itu
tapi peradaban kuno yang menjadi leluhur bangsa Athena dan juga Mesir, yang
juga sudah tidak dikenal lagi (A9).
Lebih jauh, Plato menguraikan
suatu kearifan yang luarbiasa bahwa sesungguhnya peradaban manusia dulu sudah
banyak yang lebih maju tapi selalu dimusnahkan oleh bencana katastrofi yang
terjadi berulang-ulang dalam perioda yang sangat panjang sehingga hilang
tidak berbekas (A5,6,7,8). Misalnya dikatakan Plato bahwa dulu (pada
Zaman Atlantis/Athena Purba) orang bisa melintasi Samudra Atlantic, tapi pada
zamannya sudah tidak mampu lagi (A-10). Alasannya karena para ilmuwan dan
teknokrat masa purba yang tinggal diperkotaan mati oleh bencana, yang tersisa
biasanya adalah golongan yang berpendidikan rendah, seperti para petani dan
peternak yang hidup di desa-desa (A6,7). Selain itu, tidak banyak catatan
tertulis tentang tradisi dan IPTEK yang sudah dicapai pada masa purba
sehingga generasi selanjutnya harus kembali belajar dari nol, tidak
pernah tahu apa yang pernah terjadi di masa dahulu kala (A5,7,8). Itu
pula sebabnya kenapa orang tidak tahu tentang kisah Atlantis dan Athena purba.
Plato kemudian mengatakan bahwa generasi dia atau yang akan datangpun bisa
mengalami nasib yang sama.
Di mana lokasi Negeri
Atlantis? Yang pasti bukan di sekitar wilayah Laut Tengah (Mediteranian),
yaitu: Eropa , Asia (Turki) dan Mesir (Afrika Utara). Semua kandidat
Atlantis yang diajukan dari wilayah Mediteranian ini, termasuk Crete – Minoan,
Cyprus, dll tidak ada yang cocok dengan deskripsi dalam Dialog Plato, kecuali
sebagian saja. Selain itu jelas dikatakan bahwa Raja Atlantis dan pasukan
tempur-maritimnya datang dari Samudra Atlantic untuk menyerang Eropa dan Asia,
bukan berasal dari wilayah ini (A.10). Jadi, pasukan Maritim Atlantis
kemungkinan besar masuk via Selat Gibraltar terus ke Laut tengah
(Mediteranian).
Pada Zaman Plato orang Eropa
tidak ada yang bisa berlayar menyebrangi Samudra Atlantic sehingga tidak
ada orang yang tahu sampai mana batas Samudra Atlantic dan ada apa di seberang
sana. Apakah mungkin Daratan Atlantis itu berada di Samudra
Atlantic menurut pengertian kini? Ini juga tafsiran yang salah
kaprah. Istilah/nama pada zaman dahulu belum tentu sama dengan arti pada
zaman sekarang. Santos menghabiskan satu bab dalam bukunya untuk
menguraikan bahwa yang disebut Samudra Atlantic oleh orang-orang Eropa pada
zaman Plato adalah samudra yang mengelilingi seluruh dunia. Selanjutnya
Santos menguraikan berbagai peta dan naskah kuno yang memperlihatkan tidak ada
pembagian Samudra seperti sekarang (Atlantic, Pasific, Hindia). Satu
kasus menarik dalam sejarah adalah tentang Christoper Colombus yang
mengarungi Samudra Atlantic (dari Eropa/Mediteranian) untuk mencari ‘The
East Indies’ (konon “hidden agenda” Colombus adalah mendapat
mandat dari Kerajaan Inggris untuk mencari Tanah Surga Atlantis – WallahuAlam).
Namun Colombus terdampar di Benua Amerika. Ini berarti sampai masa
Colombus orang Eropa tidak mengetahui keberadaan Benua Amerika, disangkanya
dengan menyebrang Samudra Atlantic akan sampai ke East Indie
tersebut. Itu sebabnya kenapa penduduk asli Amerika disebut sebagai
‘Indian’ oleh Colombus karena ketidaktahuannya. Jadi mencari
Atlantis hanya di Samudra Atlantic sekarang adalah kesalahan besar, apalagi
sampai ngotot membuat hipotesa konyol tentang benua hilang di tengah-tengah
Samudra Atlantik yang dari sudut pandang ilmu geologi adalah hal mustahil.
Untuk memahami dan mencari
lokasi Atlantis yang sebenarnya kita harus mencermati ciri-ciri kondisi alam
nya yang diuraikan dengan cukup rinci dalam Dialog Timaeus dan Critias.
Saya membantu merangkumnya, sebagai berikut:
1.
Negeri Atlantis berada di sebuah pulau/daratan di
seberang Samudra Atlantic dari Eropa Barat. Pulau tersebut terletak di
muka selat-selat yang disebut sebagai “Pillar Heracles” (A.10). Luas pulau ini lebih besar dari Libya dan
Asia pada waktu itu. Wilayah di dalam atau diantara selat-selat Heracles
itu hanya ada laut dangkal dan pelabuhan dengan akses kanal yang sempit, tapi
yang diluar selat adalah benar-benar lautan luas yang diujungnya dibatasi oleh
benua tak bertepi.
2. Bahwa pulau/daratan yang dimaksud
di-poin 1 sebenarnya merupakan semenanjung besar/panjang yang menjorok
ke arah lautan dari bagian pinggiran sebuah benua. Semenanjung
besar ini dikelilingi oleh lautan dalam (A14).
3. Di
tengah-tengah Pulau Atlantis ada wilayah dataran luas yang terindah di dunia
dan tidak ada yang mengalahkan kesuburannya (A16). Morfologi dataran itu
sangat rata, berbentuk persegi panjang dengan ukuran: panjang 555 km dan lebar
370 km (A30). Tanah datar ini dikelilingi oleh wilayah pegunungan dengan
gunung-gunung/bukit-bukit yang yang berbagai ukuran dan terkenal sangat
indah(A31). Dari wilayah pegunungan ini mengalir banyak sungai-sungai ke
arah dataran, kemudian sungai tersebut mengalir meliuk-liuk di wilayah dataran
(aluvial). Semua aliran sungai ini bersatu dan masuk ke wilayah kota metropolis
Atlantis yang dibangun di atas wilayah dataran ini, dan kemudian induk sungai
itu mengalir ke laut (A33).
4. Tanah Negeri
Atlantis sangat subur, terbaik di dunia, yang menghasilkan buah-buahan
sangat berlimpah dan banyak sekali macamnya (A13); termasuk jenis buah
yang kulit luarnya keras yang bisa diminum airnya, dimakan dagingnya, dan juga
dimanfaatkan minyaknya, alias KELAPA (A20). Tanah pertaniannya
selalu mendapat kecukupan air dengan memanfaatkan air hujan ketika musim hujan
dan kanal-kanal irigasi air dari banyak aliran sungai ketika musim
kemarau. Hasilnya dipanen dua kali dalam setahun (A35).
5. Selain
pertanian banyak tumbuh pohon-pohon besar-tinggi yang menambah keindahan
alam (A28), disamping juga menghasilkan berbagai macam kayu untuk bahan mebel
dan bangunan (A18).
6. Tanah Atlantis
adalah sumber dari segala wewangian yang berasal dari akar-akaran, tanaman
herbal dan berbagai macam kayu, atau konsentrat minyak wangi yang
didestilasi dari buah-buahan dan bunga-bungaan (A20).
7. Fauna di
Negeri Atlantis luar biasa banyak populasi dan ragamnya. Terdapat populasi
gajah yang sangat banyak, dan berbagai jenis binatang yang menghuni wilayah
danau-danau, rawa-rawa, sungai-sungai, dan juga yang hidup di wilayah
pegunungan dan dataran (A19), baik yang liar ataupun yang dipelihara
(A18). Diantara binatang buas ada yang terkenal paling besar
dan terganas sedunia(A19). Di perairannya terdapat banyak ikan
lumba-lumba yang diilustrasikan sangat akrab dengan penduduk Atlantis.
Kuda-kuda pun sangat banyak. Di wilayah dataran dibangun arena
pacuan kuda yang sangat besar, di sepanjang Pulau (ratusan kilometer) dengan
lebar arena pacu ~200 meter (A28).
8. Tanah Atlantis
juga sangat kaya dengan sumber daya mineral dan logam. Ada banyak macam
batu-batuan beraneka warna yang dipakai untuk membangun berbagai bangunan,
istana-istana, dan kuil-kuil (candi-candi) (A24). Tanah Atlantis
juga penghasil banyak sekali emas, perak, tembaga, dan “orichalcum” (logam
mulia sejenis campuran emas-tembaga yang bercahaya merah). Semua bahan
logam ini sudah ditambang dan digunakan untuk berbagai keperluan termasuk untuk
membuat hiasan dan patung-patung, juga untuk melapisi dinding dan lantai
bangunan (A24,26).
9. Selain itu di
Negeri Atlantis banyak terdapat sumber-sumber mata air panas dan dingin yang
dibuat menjadi pancuran di dalam gedung-gedung untuk tempat bersantai dan
mandi-mandi yang dilengkapi dengan berbagai tanaman disekitarnya (A27).
Peradaban Atlantis
diilustrasikan sangat maju. Dengan dukungan sumber daya alam yang
melimpah, Atlantis mampu membangun banyak kuil/candi tempat beribadah,
istana-istana, dan pelabuhan-pelabuhan (A21). Keahlian yang sangat
menonjol terutama dalam membuat kanal-kanal besar di seluruh wilayah
negerinya. Di sekeliling dataran Atlantis dibangun kanal besar
dengan lebar 1 stadia (185m) dan dalamnya 100ft (~35m) membentuk lingkaran
konsentris sepanjang 1000 stadia (1850 km). Kemudian dibangun juga
jaringan kanal-kanal selebar 100 ft dari wilayah hulu sungai (di pegunungan)
sampai ke dataran, terus sampai ke kota untuk membawa berbagai hasil
hutan/pertanian (kayu dan buah-buahan). Jarak antara jaringan kanal-kanal
adalah 100 stadia (~18.5km) yang terhubung satu sama lain (A34).
Wilayah hulu-hulu sungai (pegunungan) dihuni oleh para pemilik dan pengolah tanah
pertanian dan peternakan yang kaya raya. Mereka mensuplai berbagai
kebutuhan pangan untuk penduduk negeri. (A31)
Di wilayah dataran ini terdapat Ibu Kota Metropolis
Atlantis yang besar, canggih, dan sangat elok (A22-29.
Arsitekturnya kota juga didominasi oleh teknologi kanal dan
jembatan. Di tengah kota terdapat pulau utama yang berdiameter 5 stadia
(~1km). Di tengah pulau tersebut terdapat Istana Poseidon yang sangat
megah. Pulau utama tersebut dikelilingi oleh selang-seling zona tanah dan
air yang konsentris membentuk lingkaran sebanyak 10 lapis. Zona paling
luar selebar 50 stadia (~9.2km) adalah tempat pusat kota Atlantis yang
dipinggirannya dibangun benteng tersusun dari batu yang membatasinya
dengan wilayah sekitar. Di satu sisi benteng yang menuju
lautan lepas dibangun kanal utama yang memotong zona paling luar tersebut
menuju pelabuhan utama Atlantis. Lebar kanal adalah 300 ft (100m) dengan
kedalaman sekitar 100ft (35m) sepanjang 9.2km. Dua zona tanah dan air di
sebelah dalam dari pelabuhan selebar 3 stadia (555m). Empat zona
tanah dan air berikutnya mempunyai lebar 2 stadia (370m). Kemudian
dua zona tanah dan air yang langsung mengitari pulau utama mempunyai lebar
masing-masing 1 stadia (185m). Semua zona yang melingkar konsentris tersebut
dihubungkan dengan jembatan dan kanal.
Ringkasnya, uraian di atas di atas jelas ciri-ciri
alam daratan Atlantis menunjukkan ciri-ciri alam tropis yang sangat subur dan
mempunyai kekayaan sumber daya alam luarbiasa, termasuk keragaman flora-fauna, pertanian,
hasil hutan, dan pertambangan logam. Daratan tersebut bukan pulau
terpisah tapi anjungan besar dari sebuah benua, dimana di tengahnya terdapat
dataran rendah yang luas dan landai dikelilingi oleh jalur pegunungan dengan
gunung-gunung api aktif. Kemudian geografisnya juga dicirikan oleh
dataran besar aluvial landai yang berdimensi 555 x 370 km berada di tengah
daratan dan dialiri sungai (sangat besar) yang hulu-hulunya berasal dari
pegunungan yang mengelilinginya. Sumber daya alam yang luarbiasa
tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk membangun sebuah negeri maritim yang
besar dan elok dan sangat tinggi peradabannya. Kekuasaan Atlantis
meliputi pulau besar yang diuraikan di atas ditambah pulau-pulau lainnya dan
juga sebagian wilayah benua (A10). Jadi bukan hal aneh apabila
sisa-sisa peradaban Atlantis ini ditemukan hampir diseluruh dunia, termasuk
wilayah di benua Amerika, Asia, dan Afrika. Pada zaman Atlantis, sebelum
11.600 tahun lalu, ketika dunia masih berada dalam zaman es, dikatakan
bahwa negeri di wilayah tropis ini jauh lebih subur dan nyaman dibanding
sekarang (Zaman Solon-Plato) karena iklimnya berbeda, temperaturnya beberapa
derajat lebih dingin. Pada zaman es wilayah ini merupakan yang terkaya,
terindah dan ternyaman di muka bumi, seperti yang diilustrasikan oleh Dialog
Plato, namun sudah mengalami degradasi akibat erosi, sedimentasi dsb.
(A-15).
Kemudian diceritakan bahwa pada masa kejayaan,
penduduk negeri Atlantis sangat patuh pada aturan, taat beribadat, sangat
menjunjung tinggi budi pekerti yang luhur, dan tidak kemaruk oleh keduniawian
walaupun berlimpah harta dan emas-permata. Namun akhirnya mereka lupa
diri, kemudian berambisi ingin menaklukan siapa saja di seluruh dunia.
Sampai akhirnya tidak lama setelah kalah perang melawan Athena Purba, sekitar
11.600 tahun lalu (BP), Negeri Atlantis musnah oleh bencana
katastrofi. Peristiwa ini dimulai dengan hujan yang sangat lebat
mengguyur Negeri Atlantis selama satu malam. Setelah itu datanglah bencana gempabumi
yang sangat dahsyat yang diikuti oleh banjir besar (=tsunami) yang
hempasan gelombangnya menginundasi daratan sampai jauh ke dalam (A-11,37)
memusnahkan Negeri Atlantis hanya dalam sehari-semalam. Dikatakan bahwa
Negeri Atlantis (seperti) hilang tenggelam di bawah laut, dan setelah itu laut
di sekitar Pulau Atlantis yang ‘tenggelam’ jadi sukar untuk dilayari karena
banyak tumpukan lumpur (A-37).
Perlu dikaji bahwa ekspresi ‘Pulau Atlantis tenggelam
dalam sehari-semalam’ tidak harus diinterpretasikan secara literal. Ingat
bahwa setelah bencana tsunami di Aceh tahun 2004. Orang sering
mengekspresikan bahwa ‘Kota Banda Aceh tenggelam’ oleh tsunami. Memang
benar Banda Aceh tenggelam seketika di-inundasi gelombang tsunami, tapi air
laut surut lagi. Namun, tanah Banda Aceh turun sampai setengah
meter akibat tektonik (“tectonic subsidence”) sehingga bagian pantainya tetap
di bawah air. Banda Aceh juga dipenuhi oleh lumpur beserta berbagai
sampah yang dibawa oleh air. Jadi deskripsi kondisi Banda Aceh setelah
tsunami ada kemiripan dengan deskripsi kondisi Atlantis setelah ‘gempa
dan banjir’ tersebut, yaitu dikatakan tenggelam dan penuh lumpur, yang dalam
hal ini yang dimaksud adalah bagian dataran rendahnya saja di mana Kota
Metropolis Atlantis berada.
Pada masa Solon (600 M) Pulau Atlantis memang sudah
benar-benar tenggelam di bawah laut, tapi tenggelamnya daratan Atlantis di
bawah laut tidak terjadi dalam sehari-semalam karena bencana banjir besar yang
terjadi pada 11.600 tahun lalu tersebut, melainkan melalui proses alam
yang perlahan dan sangat lama. Hal ini diilustrasikan dalam Dialog Plato
dengan mengilustrasikan terjadinya proses erosi dan sedimentasi secara
perlahan-lahan selama ribuan tahun sehingga terjadi akumulasi tebal (yang
menutupi apapun yang di bawahnya) dan berbarengan dengan itu air laut terus
naik (atau bisa juga diekspresikan dengan ‘tanahnya yang terus turun’),
sehingga akhirnya pulau besar Atlantis seperti hilang dari
pandangan, tapi masih menyisakan tulang-tulang daratan (wilayah
pegunungan) yang masih terlihat di atas muka laut berupa pulau-pulau yang lebih
kecil (A-15). Nah, dengan pengetahuan ini pencarian daratan Atlantis
menjadi lebih mudah lagi, bukan?
Jadi, “to the point” saja, di mana Atlantis? Ah,
tidak perlu jenius untuk menjawab hal ini. Silahkan membuka peta dunia
dan mencari sendiri wilayah mana yang memenuhi kriteria Tanah Atlantis di
wilayah Tropis, tidak banyak pilihannya. Ya, benar, tidak ada
pilihan lain kecuali “Sundaland”, daratan yang dulu lebih luas dari
‘Lybia’ (Afrika Utara)+ ‘Asia’(=Turki) tapi sudah tenggelam sehingga
hanya kelihatan ‘tulangnya’ saja, yaitu Sumatera, Jawa, dan Kalimantan.
Daratan besar lain yang berada di zona Tropis adalah di bagian
tengah dari Benua Afrika (Kongo, Tanzania, Kenya, Uganda, dll) dan Bagian
Selatan Benua Amerika (Brasil, Peru, Equador, Kolombia, Venezuella). Tapi
dua lokasi daratan ini tidak tenggelam dan tidak pernah tenggelam sejak 20.000
tahun lalu, juga ciri-ciri geografisnya tidak memenuhi deskripsi Plato.
Sundaland 100% cocok dengan semua deskripsi tentang Pulau/Daratan Atlantis yang
diuraikan dalam Timaeus dan Critias. Sundaland pada masa 11.600 tahun
lalu adalah daratan yang notabene merupakan semenanjung besar yang menjorok
dari Benua Asia. Semua ciri-ciri alam, termasuk jenis flora-faunanya dan
sumber daya mineral-logam (emas, perak, tembaga) yang disebutkan dalam Critias
dipunyai oleh Sundaland. Ditambah lagi uraian tentang adanya
dataran aluvial besar di tengah-tengah tanah Atlantis yang hulu-hulu sungainya
dari pegunungan di sekitarnya sangat pas dengan keberadaan Sungai Sunda purba
di perairan Laut Jawa dan Selat Malaka yang anak-anak sungainya bermuara di
punggungan Sumatra, Jawa, dan Kalimantan yang mengelilinginya. Jadi
kalau dikatakan sungai purba di Sundaland bukan bukti adanya peradaban Atlantis
memang bukan bukti langsung atau yang berdiri sendiri melainkan salah satu
faktor utama untuk memenuhi kriteria Atlantisnya Plato. Lebih lanjut
lagi, dimensi tanah landai dimana terdapat Kota Metropolis Atlantis, yaitu 555
x 370 km, pas juga dengan dimensi Laut Jawa, bekas dataran aluvial landai yang
sudah tenggelam; silahkan diukur sendiri supaya yakin.
atlantis ttp misteri....